10:19 AM -
Ke-Islaman
2 comments
Hakikat Cinta Menurut Islam
Berbicara
tentang cinta, siapa sih yang tidak tahu tentang hal ini? Siapa pula yang belum
pernah merasakan mencintai juga dicintai? Tentu setiap orang pernah, bukan?
Lagi-lagi
karena setiap orang mengenal dengan yang namanya cinta dan bahkan sangat akrab dengannya,
tentu setiap orang pun dapat mendefinisikan cinta sesuai dengan kreatifitas,
pengalaman, dan perspekfifnya masing-masing.
Namun
ketika kita berbicara tentang ‘hakikat’ sebuah cinta, maka seyogyanya kita
mampu mengenali cinta secara objektif. Yaitu tentunya dengan mengembalikan
definisi cinta sesuai pengertian yang sebenar-benarnya.
Allah
subhanahu wa ta’ala berfirman, “Janganlah
kamu mengikuti sesuatu yang kamu tidak memiliki pengetahuan tentangnya.
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati akan dimintai
pertanggungjawabannya.” (QS. Al-Israa’: 36)
Firman
Allah tersebutlah yang menjadi dasar akan pentingnya kemudian kita harus
mempelajari cinta sesuai dengan hakikatnya, supaya kita tidak salah pengertian
dalam mendefinisikan serta mengamalkan cinta.
Di
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) cinta didefinisikan sebagai rasa
sayang, suka, berharap, terpikat, dan sejenisnya. Sedangkan di dalam Wikipedia
cinta didefinisikan sebagai suatu perasaan yang positif dan diberikan pada
manusia atau benda lainnya.
Cinta
sangat erat kaitannya dengan kehidupan. Karena memang setiap manusia tidak bisa
hidup tanpa sebuah cinta. Di mana-mana bisa kita temukan cinta. Bahkan bagaimana
mungkin manusia lahir dan berkembang tanpa ada sebuah cinta yang melahirkan dan
membangunnya?
Maka
jika memang cinta sangat erat kaitannya dengan kehidupan, hal tersebut berarti
bahwa kita harus merujuk pada sumber petunjuk dalam kehidupan untuk kemudian kita
menemukan definisi dari hakikat sebuah cinta.
Lantas
pertanyaannya, apakah sumber petunjuk dari sebuah kehidupan? Tentunya, sebagai
muslim kita berpegang teguh pada Al-Qur'an dan As-Sunnah sebagai sumber
petunjuk kehidupan yang sebenar-benarnya.
Sebelumnya
penulis akan terlebih dulu menyajikan beberapa poin tentang ciri-ciri cinta
menurut Islam, yang kemudian setelahnya barulah kita bisa menyimpulkan definisi
hakikat dari sebuah cinta menurut Islam. Adapun ciri-cirinya adalah sebagai
berikut:
1. Sensitif
Terhadap Nama
Sebagaimana firman
Allah subhanahu wa ta’ala berikut, “Sesungguhnya
orang-orang yang beriman ialah mereka yang apabila disebut nama Allah maka
gemetarlah hati mereka.” (QS. Al-Anfaal: 2)
2. Semakin
Berinteraksi Semakin Cinta
Sebagaimana firman
Allah subhanahu wa ta’ala berikut, “Sesungguhnya
orang-orang yang beriman ialah mereka yang... apabila dibacakan ayat-ayat-Nya
maka bertambahlah keimanannya.” (QS. Al-Anfaal: 2)
3. Sikap
Rela Berkorban
Sebagaimana firman
Allah subhanahu wa ta’ala berikut, “Sesungguhnya
orang-orang yang beriman ialah mereka yang... senantiasa berserah diri kepada
Tuhannya.” (QS. Al-Anfaal: 2)
“Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena
mencari keridhaan Allah, dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya.”
(QS. Al-Baqarah: 207)
4. Senantiasa
Mengingat
Sebagaimana firman
Allah subhanahu wa ta’ala berikut, “(yaitu)
orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat
Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.”
(QS. Ar-Ra’d: 28)
5. Patuh/Taat
Sebagaimana firman
Allah subhanahu wa ta’ala berikut, “Katakanlah
(Muhammad): "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku,
niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang.” (QS. Ali-Imran: 31)
Nah, dari ciri-ciri di atas kira-kira sudah dapat kita
simpulkan belum tentang hakikat sebuah cinta? Atau sempat berpikir tidak sih
mengapa ayat di atas kebanyakan menyebut “orang-orang yang beriman”?
Ya, karena memang hakikat sebuah cinta adalah erat
kaitannya dengan keimanan. Begitulah kesimpulannya. Lantas pernyataan seperti
itu juga didukung oleh sabda Rasulullah shallallahu’alayhi wa salam berikut :
“Ada tiga perkara
yang apabila dimiliki oleh seseorang, dia akan merasakan manisnya iman. Yakni
Allah dan Rasul-Nya lebih dia cintai daripada kecintaannya terhadap sesuatu
yang lain, mencintai orang lain semata-mata hanya karena mencari keridhaan
Allah, dan takut kembali ke jalan kufur sebagaimana dia takut dirinya di
masukkan ke dalam siksa neraka.” (HR. Bukhari & Muslim)
Lagi-lagi di dalam hadits tersebut istilah cinta
dikaitkan dengan keimanan. Karena memang seperti itu, antara cinta dengan iman
sangatlah erat hubungannya, bahkan tidak seharusnya dipisahkan.
Cinta atas dasar keimanan adalah ketika kita mencintai
seseorang/sesuatu maka akan membuat keimanan kita semakin bertambah. Atau
dengan kata lain semakin mencintai maka semakin berkembang pula keimanan kita.
Namun jika cinta tidak didasari keimanan maka sudah
barang tentu ketika kita mencintai seseorang/sesuatu maka justru akan menganggu
atau bahkan menghambat berkembangnya keimanan kita. Cinta yang seperti ini
tentu tidaklah dapat dikatakan ‘cinta’ namanya. Walaupun memenuhi ciri-ciri
sebuah cinta namun jika cinta tersebut tidak sesuai dengan sebagaimana dasar
keimanan maka tetap tidaklah dapat dikatakan ‘cinta’ namanya.
Lantas jika di luar sana banyak sekali tulisan-tulisan,
perkataan-perkataan, dan tindakan-tindakan tentang cinta namun pada
kenyataannya tidaklah sesuai dengan aturan keimanan atau dengan kata lain
membuat pelakunya justru bermaksiat (melanggar aturan) dari Allah maka sudah
jelas lagi-lagi kita harus tegas katakan bahwa hal tersebut bukanlah ‘cinta’
namanya, melainkan nafsu.
Karena jika cinta yang berlandaskan sebuah keimanan maka
tidak akan menyalahi aturan yang ada. Terlebih, di dalam cinta itu sendiri ada
beberapa peraturan yang setidaknya harus dipenuhi bagi kita. Adapun
peraturan-peraturan tersebut sesuai dengan hadits yang ada, yaitu sebagai
berikut:
1. Jangan
Salah Melabuhkan Cinta
Sebagaimana sabda
Rasulullah shallallahu’alayhi wa salam berikut, “Cintamu terhadap sesuatu (bila tidak hati-hati) akan membuat (hati)mu
buta dan tuli.” (HR. Ahmad)
2. Mencintai
Allah & Rasul-Nya Lebih Dari Siapapun/Apapun
Sebagaimana sabda
Rasulullah shallallahu’alayhi wa salam berikut, “Ada tiga perkara yang apabila dimiliki oleh seseorang, dia akan
merasakan manisnya iman. Yakni (di antaranya) Allah dan Rasul-Nya lebih dia
cintai daripada kecintaannya terhadap sesuatu yang lain.” (HR. Bukhari &
Muslim)
“Tidaklah beriman seorang di antara kalian sampai dia mencintai aku,
lebih dari cintanya kepada anaknya, ibunya, dan manusia seluruhnya.” (HR.
Bukhari & Muslim)
3. Menikah
Sebagaimana sabda
Rasulullah shallallahu’alayhi wa salam berikut, “Tidak ada yang lebih pantas dari dua orang (bukan mahram) yang saling
mencintai kecuali menikah.” (HR. Ibnu Majah)
4. Jika
Belum Mampu Menikah Maka Berpuasa
Sebagaimana sabda
Rasulullah shallallahu’alayhi wa salam berikut, “Wahai para pemuda, menikahlah! Karena (menikah) itu lebih bisa menjaga
pandangan dan kemaluan kalian. Barangsiapa yang belum mampu, berpuasalah.
Sebab, puasa itu adalah perisai (meredakan nafsu).” (HR. Bukhari, Nasa'i, & Tirmidzi)
Keempat peraturan cinta tersebut seharusnya dipenuhi,
karena jika tidak maka tentu bukan cinta namanya dan tidak sesuai dengan
hakikat dari sebuah cinta tentunya. Karena lagi-lagi jika berbicara tentang
hakikat maka sudah barang tentu ada kaidah-kaidah atau batasan-batasan yang
sepatutnya dijaga. Dalam hal ini, hakikat cinta seyogyanya turut serta
diamalkan berikut dengan aturan-aturan yang ada, supaya pelaku tidaklah tersesat
dalam mengamalkan cinta.
Cinta yang sejati atau cinta yang hakiki seperti
penjelasan di ataslah seharusnya, sesuai dengan kaidah dan aturan yang ada.
Tidak salah memahami, dan mengindahkan batasan. Seperti itulah cinta. Maka jika
tidak, bukanlah cinta namanya, melainkan nafsu. Karena nafsu tidaklah
memedulikan kaidah dan aturan yang ada. Salah memahami, dan tidak mengindahkan
batasan. Lagi-lagi begitulah nafsu.
Nah, sebagai ummat Muslim tentunya kita harus mengetahui
dasar cinta ini, supaya kita tidak salah dalam memahami dan mengamalkan cinta,
supaya cinta yang kita jalani tidaklah melanggar batasan yang ada, dan tentunya
supaya cinta yang kita miliki diridhai oleh Allah subhanahu wa ta’ala.
2 comments:
apa benar, kalo seorang akhwat menolak lamaran ikhwan, maka ke depan, jodohnya akan sulit datang?
Assalamu'alaikum..
numpang link boleh?
www.uzlifatilj.blogspot.com
syukran..
Post a Comment