Ibu sebagai Pembentuk Generasi Sempurna



Assalamu'alaykum Warahmatullahi Wabarakaatuh

Ya muslimin wal muslimat, hampir kebanyakan orang tua lupa bahwa anak-anaknya kelak akan menjadi seorang bapak atau seorang ibu. Yang jelas mereka ingat adalah bagaimana agar kelak mereka mammpu memenuhi kebutuhan mereka secara mandiri dan kelak menjadi seorang yang sukses. Yang paling sering dilalaikan adalah justru anak perempuan.
Orang tua mereka lupa bahwa kelak anak perempuannya harus menjadi seorang ibu bagi cucu-cucu mereka. Dalam benak orang tua bukannya bagaimana membekali anaknya agar menjadi ibu yang mampu mendidik anak-anak menjadi shalih atau shalihah, tapi justru bagaimana yang terpenting anaknya bisa sepandai temannya yang laki-laki. Itulah fokus mereka.

Para ibu tentu memiliki peran yang sangat penting terhadap kualitas suatu generasi, karena dari ibu-lah kita semua pertama kali belajar, dan dengan ibu-lah kita banyak menghabiskan waktu, khususnya di masa anak-anak. Generasi yang shalih dan kuat pastilah hasil didikan para ibu yang shalihah dan amanah. Sebaliknya, rusaknya akhlak wanita suatu bangsa niscaya akan mengakibatkan tumbuhnya generasi bangsa yang buruk.

Setiap ibu pasti tahu bagaimana sibuknya mengurus anak dan rumah tangga mereka, dan itu berlangsung 24 jam. Berbeda dengan jam kerja sang ayah yang terbatas tiap harinya. Uniknya masyarakat menganggap ibu rumah tangga sebagai pengangguran, sedangkan ibu yang bekerja di kantor dipandang lebih terhormat bahkan lebih hebat karena memiliki kemampuan yang dibutuhkan perusahaan atau instansi. Dengan kata lain masyarakat secara tidak sadar lebih menghargai wanita yang mengabdikan lebih waktunya kepada perusahaan/instansi daripada wanita yang mengabdikan diri sepenuhnya bagi pendidikan anak dan keperluan suaminya.

Akibat dari kelalaian orang tua serta pandangan masyarakat terhadap prestis wanita karier adalah terciptanya tren baru yang dengan dalih emansipasi wanita, hingga para ibu sibuk dengan kegiatan di luar/bekerja sehingga urusan anak-anak mereka serahkan kepada pembantu rumah tangga. Lembaga pendidikan utama yang mestinya adalah ibu, bergeser pada pembantu rumah tangga. Tumbuhlah generasi hasil didikan pembantu rumah tangga. Dalam hal ini sama sekali bukan berarti keududukan pembantu rumah tangga itu rendah, sama sekali tidak, karena kemuliaan hanya ditentukan oleh tingkat ketaqwaan kepada Allah. Mahasalahnya adalah pembantu rumah tangga bukanlah ibu kandung dari anak. jadi bagaimanapun kasih sayang antara seorang ibu dengan orang lain pasti berbeda.

Akibat dari tren masyarakat yang demikian, maka tumbuhlah generasi bangsa yang lemah, yang tumbuh dengan kondisi psikologis yang pincang. Generasi yang jauh terhadap kepeduliannya kepada orang tuanya, generasi yang jauh lebih lemah kasing sayangnya dibandingan dengan generasi yang sepenuhnya didikan kasih sayang orang tua, dan lain sebagainya. Padahal, generasi itulah yang seharusnya akan mengemban amanat menjadi pemimpin di muka bumi ini.

Wallahu a'lam bishawab
Wassalamu'alaykum Warahmatullahi Wabarakaatuh

0 comments:

Post a Comment