Mengembalikan Cara Pandang Ummat Islam



Assalamu'alaykum Warahmatullahi Wabarakaatuh

Ya muslimin wal muslimat. Alkisah, seorang ayah mengatakan kepada anaknya, "Mari kita melakukan sesuatu dengan keledai ini dan kita lihat apa yang akan dikatakan orang terhadap perbuatan kita."


Pertama-tama sang ayah memerintahkan anaknya tuk menaiki keledai, sementara ayahnya berjalan menuntun keledai, kemudian mereka berjalan bersama-sama. Lalu orang yang melihat perbuatan mereka itu berkata, "Sungguh anak tak tahu diri, membiarkan ayahnya berjalan menuntun keledai sementara ia enak-enakan duduk di atasnya." Setelah mendapatkan komentar tadi, sang ayah menyuruh anaknya berjalan menuntun keledai, sementara ayahnya menaiki keledai tersebut. Lalu komentar orang di jalan yang melihat ini, "Ayah tak tahu diri, membiarkan anaknya kepayahan berjalan," lalu sang ayah memerintahkan anaknya tuk turun dari keledai, sehingga akhirnya mereka berjalan kaki sambil menuntun keledainya. Lalu lagi-lagi komentar orang di jalan yang melihat perbuatan mereka, "Manusia bodoh, tidak mau memanfaatkan keledainya sebagai kendaraan." Lalu sang ayah berkata, "Meski keledai itu kita panggul bersama-sama, tetap saja orang-orang akan mencela kita, begitulah bila kita mengikuti perkataan mereka."

Dari kisah di atas, dapat kita ambil pelajaran bahwa cara pandang manusia terhadap suatu masalah sangatlah relatif dan berbeda-beda, karena itu untuk dapat melihat suatu kebenaran dan keburukan yang hakiki dan mutlak, adalah dengan merujuk pada Al-Qur'an dan sunnah Rasul. Rasulullah Saw. bersabda, "Aku tinggalkan kepada kalian dua perkata, yang apabila kalian berpegang teguh pada keduanya, maka kalian tidak akan sesat selamanya. Yaitu Al-Qur'an dan sunnah rasul-Nya." (HR Imam Malik)

Demikianlah apabila kita ingin mengetahui kebenaran yang hakiki, maka hendaklah kita mengacu pada Al-Qur'an dan sunnah Rasul. Kalau ingin berada di jalan yang selamat, maka tiada pilihan lain selain berpegang teguh pada keduanya. Memang bukan hal yang mudah untuk berbuat demikian di zaman sekarang. Suatu hal yang lazim dilakukan masyarakat kita adalah kurang senang, kadang mencibir dan merasa risih bila melihat saudara muslimnya meniru kebiasaan-kebiasaan Rasul dan para sahabatnya seperti dalam berpakaian, ketegasan sikapnya terhadap budaya-budaya orang kafir, kokoh dalam memegang prinsip agama dan lain sebagainya. Namun sebaliknya, masyarakat akan menganggap sebagai sesuatu yang wajar bila melihat saudara-saudaranya meniru-niru budaya dan kebiasaan orang-orang kafir dalam berbagai hal. Kalau kita mau jujur, sesungguhnya saat ini sudah sangat sulit untuk membedakan mana orang muslim dan mana orang kafir, karena kaum muslim hampir tidak lagi memiliki karakteristik tersendiri yang membedakannya dengan kaum yang lain.

Tugas kita sekarang adalah introspeksi diri, perbaiki diri, siapakah kita sebenarnya ? Bagaimanakah kita seharusnya ? Apa tujuan kita ? Jadilah kita seorang muslim dan muslimah yang sejati, yang memiliki karakteristik tersendiri, agar kita berbeda dengan kaum yang lain, dan agar kita termasuk golongan Rasulullah Saw. di yaumul akhir nanti, aamiin Allahumma aamiin.

Wallahu a'lam bishawab
Wassalamu'alaykum Warahmatullahi Wabarakaatuh

0 comments:

Post a Comment